Seringai Mentari
yang Tenggelam
Kala itu aku telah mengatakan pada isyarat alam yang
berpadu. Namun kau tak hiraukan keberadaanku bersama alam itu. Aku menatapmu dengan sangat
lembutnya dan pandanganku segera tergusar oleh adanya dirimu dengan bintang berhias.
Kau menari bersama bintang dengan sangat anggunnya disaat manusia telah
terlelap tidur hingga kau leluasa muncul dengan pesonamu pada bintang. Aku disini
tertegun melihatmu dari bawah membayangkan diriku tertempel pada ragamu agar
kau tahu luka yang kubawa . Namun bukankah itu mustahil bagiku tempatku dan
tempatmu telah berbeda bagaimana aku bisa menjamahmu.Setiap hari aku menyusuri
jalan berteman dengan angin membabi buta kehidupan dan kegelapan sebagai
penyaksian. Bukannya aku tak ingin meronta sebab ini takdir yang telah
tercipta. Hanya saja yang aku pertanyakan kenapa takdir memberiku rasa yang
hangat namun sulit disentuh hingga samar dilihat.
Inilah pesona Desember yang selalu kusambut dengan
sangat antusiasnya. Sebab ia selalu menghadirkan teman bagiku dimana air selalu
menggguyur tubuhku hingga aku basah dan manusia bermain diatas ragaku. Walaupun
aku tahu air tak dapat selalu hadir menyambangiku sebab semakin lama ia
terkikis oleh mentari yang tak kunjung padam. Bukankah itu luka dan derita bagiku
sebab setiap harinya aku hanya ditemani oleh lekatnya gelap yang ada. Sedangkan
sang raja siang selalu bersenadung dengan yang lain memainkan melodinya hingga
burung dan awan pun memberikan pujian-pujain manis pada dirinya. Disini siapa
yang mengerti adanya sosok berteman sepi dan bermain dengan kelam. Mereka hanya
tahu tentang indah yang tercipta tanpa tahu abdi dibelakangnya.
Hari ini aku sedikit acuh dengan kondisi yang biasanya
kueluhkan. Aku menyandarkan diriku dibatu-batu yang sedang memanaskan dirinya.
Disana aku terasa nyaman dengan angin yang menyeringai diatas. Akhir-akhir ini
aku merasa sedikit berbeda aku tak pernah melihat mentari yang sering mengambil
waktunya untuk menemui bintang dimalam hari. Aku berfikir sejenak apa yang
sebenarnya terjadi.
“Huuuh,, kenapa aku harus peduli dengan mentari
sedangkan ia saja tak pernah peduli dengan hidupku sama sekali”, aku menggumam
pada diriku sendiri
Dan ketika aku menyusuri jalan aku mendengar banyak
dari sekumpulan awan dan burung sedang membicarakan mentari yang kian hari kian
hilang sinarnya. Hingga banyak orang yang merindukan sinar selama ini sebab
banyak dari baju mereka yang mulai apek dan kucem karena tidak segera kering,
tak hanya itu banyak petani juga yang merasakan kesusahan karena banyak
tanamannya yang berada disawah mati karena tidak mendapatkan sinar dari
mentari. Inilah yang akhirnya membuatku murka kepada mentari. Kenapa gundahnya
harus membawa petaka bagi banyak orang. Bukankah seharusnya ia menyadari
bahwasanya dirinya tercipta untuk memberikan kepuasan bagi manusia.
Pagi-pagi sekali aku segera bangun sebab inilah
waktu yang tepat untuk berteriak pada mentari .
“Heh,, kau aku benci dirimu,, kau lemah, sebaiknya
dirimu itu tak pantas berada diatas langit,, hanya begitu sajakah ketegaranmu
selama ini.”, teriakku pada mentari
“Apa, maksudmu kau saja yang gila, kau tak pernah
bukan merasakan cinta. Itu sebabnya kau tak pernah menderita sepertiku.”, jawab
mentari
“Apa,, ulangi sekali lagi!!.” ucapku
“Kau tak pernah merasakan cinta itu sebabnya kau tak
pernah menderita.” sahut mentari
“Apakah aku harus mengadu kepadamu kalau aku pernah
merasakan cinta. Tak perlu bukan. Sudahlah jadilah yang seperti dulu. Kau
dieluhkan banyak semua orang. Banyak orang kesusahan akibat sinarmu yang mulai
redup.” ucapku menyaut perkataan mentari.
“Aku tak peduli,, sana pergi. Laksanakan tugasmu
sendiri saja.” Ucap mentari
“Ok,, baik,, aku juga bisa sepertimu” ucapku geram.
Dengan amarah yang berkobar aku mencoba menyusuri
jalan dan membiarkan tubuhku diambil sebagaian untuk ditanami sayur dan buah
agar mereka dapat makan dengan puasnya. Namun hal itu rasanya sia-sia sebab tak
ada sedikitpun tanaman yang dapat tumbuh subur jika tak ada sinar matahari.
Satu persatu tiap korban berjatuhan akibat kurangnya asupan makanan yang ia
peroleh. Tidak hanya itu beberapa dari mereka juga banyak yang mersakan
gatal-gatal sebab sebagian dari mereka sudah mulai tidak mencuci bajunya lagi
akibat tak ada sinar yang dapat mengeringkan baju.
Dari sini amarahku sudah tidak dapat terkendali
sebab aku mulai bosan. Percuma saja aku berjuang setengah mati kalau pada
akhirnya setiap harinya manusia harus terkapar mati. Bukankah sebaiknya aku
meninggalkan semesta ini saja, sebab aku sudah tak tahan dengan derita mereka.
Hampir satu bulan penuh bumi terasa sangat luas dan
hampa. Banyak dari peneliti fisika, kimia, dan biologi dikerahkan tapi tak
sedikitpun membuahkan hasil. Tidak hanya itu pakar psikologi pun juga turut
andil dalam meneliti peristiwa alam ini. Karena banyak orang mengira mungkin
alam ini murka pada manusia karena moral manusia yang semakin buruk. Oleh
karena itu pakar psikologi disini mencoba untuk mengamati gejala alam yang
sebenarnya ingin disampaikan. Dan upaya tersebut sama sekali tidak membuahkan
hasil. Semua orang telah menyerah dan pasrah bahwa sebentar lagi mereka akan
mati. Dari sini banyak manusia yang mulai berbondong-bondong meningkatkan iman
mereka kepada sang khalik sebab sebagian dari mereka takut masuk neraka.
Banyak dari sekumpulan awan dan burung mulai
terngangah terhadap mentari. Kenapa mentari sudah acuh dan tak mau lagi peduli
dengan kehidupan yang ada disekitarnya. Hingga pada akhirnya sekumpulan awan
dan burung mempunyai ide untuk membuat kostum yang bentuknya sama persis dengan
bintang. Awan dan burung menyerahkan kostum itu untuk diserahkan kepada manusia
yang selama ini diakui piawai dalam membuat gaun yang mahal harganya. Setelah
kostum itu jadi dan telah menyerupai bentuk bintang dimalam hari. Awan dan burung
menyuruhku untuk memakai kostum itu berpura-pura menjadi seorang bintang. Aku
tak habis pikir kenapa harus aku . Aku yang hanya seorang abu harus dijadikan
peran sebagai bintang yang amat menawan. Namun aku tak bisa membantah
permintaan awan dan burung yang selama ini sudah bersusah payah untuk berusaha
membujuk mentari agar segera mau memunculkan sinarnya.
Setelah malam tiba aku segera mengahadapkan diriku
kelangit dan sekumpulan awan serta burung pun membujuk mentari untuk menemui
bintang yang telah menunggu sejak lama. Akhirnya cara itu pun berhasil dan
mentari mau menemui bintang yang selama ini ia nantikan. Disanalah mentari
mencurahkan semua perasaanya terhadap ku sebagai seorang bintang. Hingga pada
ujung cerita mentari mengatakan rasa cintanya kepadaku. Disini aku mulai
bingung dan tergoncang apa yang harus kukatakan pada mentari. Aku sadar aku
mencintai mentari namun aku tak dapat selamanya menjadi perisai yang selalu
lekang membohongi adanya diriku dibalilk bintang . Namun jika hal tersebut tak
kulakukan pasti semua orang akan kecewa terhadapku sebab hanya akulah sekarang
yang menjadi penolong bagi mereka. Dan perenungan tersebut akhirnya memutuskanku untuk menerima cinta seorang
mentari.
Sejak cinta itu mulai tumbuh diantara aku dan
mentari. Banyak dari sekumpulan manusia sangat berbahagia sebab banyak dari
mereka dapat hidup dengan melakukan kegiatan sehari-hari seperti biasanya dengan
menanami ladang mereka dengan sayur-sayuran dan buah-buahan karena adanya sinar
mentari dan sebagaian ragaku untuk dijadikan pupuk. Disanalah banyak sorak
bergemurai dan semua orang serta alam seraya memujiku . Namun hal itu lantas
membuatku terfikir oleh adanya diriku yang berlindung dibalik bintang sebab aku
tidak mungkin selamanya menjadi abu yang terasing di raganya. Kebohongan inilah
yang sebenarnya aku takutkan jika suatu saat mentari mengetahuiku bahwa aku
bukanlah bintang yang ia cari sebab jika hal ini terjadi maka mentari akan
meredupkan sinarnya kembali untuk manusia dan lainnya.
Hingga beberapa tahun lamanya aku pun harus
mengakhiri kebohonganku ini dengan kejujuran yang sebenarnya. Aku mengatakan
pada mentari bahwasanya aku bukanlah seorang bintang yang selama ini ia puja
dan ia cinta melainkan abu yang terceccer dibawah. Sikap inilah yang akhirnya membuat
mentari membisu dan menenggelamkan sinarnya sebagai senja yang terluka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar