Di
Di,,
kupandangi kau lebih tajam
Lebih
tajam Di, sangat-sangat tajam, bahkan hanya dirimu yang kupandang paling tajam
Di
awalnya aku hanya menggambar kepalamu, dan mengarsir rambutmu
Namun Di
Setidaknya
kau harus tahu sekarang bahwa aku menjadi seorang pecandu
Yang
seakan ketagihan memandang dan menggambarmu setiap hari Di
Di kini
mulai kulanjutkan menggambarmu lagi
Membentuk
telingamu, memnbentuk alismu, membentuk matamu, membentuk hidungmu, dan
membentuk bibirmu
Di kini
aku telah usai menggambarmu
Aku
bahagia sekarang Di
Bisa
memandangmu setiap hari
Menyapamu
bahkan merabamu
Di tapi
aku mulai risau ketika kulihat matamu berlinang air mata
Apa kau
menangis Di
Apa kau
tak suka kulukis dikanvas
Di,
setiap hari kuusap pipimu yang basah oleh air mata
Tapi kau
tak pernah usai menangis
Di, aku
tak bisa membuang pandanganku
Di, aku
juga tak sanggup membakar pandanganku
Di,
tenanglah aku tak akan mengganggumu
Aku tak
akan mengusikmu
Tenanglah
Di,
Aku
hanya ingin memandangmu
Sebagai
seorang yang kucinta walau tanpa sosok yang nyata
Surabaya, 28 Oktober 2014